Bahayanya Konsumsi Vitamin Setelah Kemoterapi


Pengobatan untuk kanker mungkin termasuk terapi radiasi dan kemoterapi. Terkadang muncul pertanyaan, apakah perlu mengonsumsi vitamin setelah kemoterapi? Satu-satunya yang bisa menjawab pertanyaan ini dengan pasti adalah ahli onkologi, dokter spesialis kanker. Anda tidak boleh mengonsumsi suplemen atau vitamin apa pun tanpa lampu hijau dan di bawah pengawasan dokter. Karena hal ini bisa menjadi bumerang yang berbahaya bagi penderita kanker.

Vitamin mungkin tidak direkomendasikan

Ada banyak alasan mengapa dokter tidak menganjurkan penggunaan suplemen vitamin atau mineral tertentu. Beberapa alasan di balik ini adalah:

Tepatnya melindungi sel kanker

Alasan utama dokter tidak merekomendasikan vitamin setelah kemoterapi adalah karena mereka dapat memiliki efek berlawanan dari terapi radiasi atau kemoterapi.

Sayangnya, peran ini justru bisa melindungi sel kanker. Proses kemoterapi menjadi tidak efektif karena tidak dapat membunuh sel kanker sebagai target utama.

Interaksi dengan Kemoterapi

Pasien yang mengonsumsi vitamin setelah kemoterapi terutama perokok saat ini memiliki hasil pengobatan yang lebih buruk. Misalnya, suplementasi vitamin C mengurangi efektivitas kemoterapi dari 30% menjadi 70% pada pasien leukemia.
Beberapa bentuk interaksi antara vitamin C dan kemoterapi dapat mengganggu proses pembunuhan sel kanker. Intinya, proses kemoterapi bisa terganggu dan tidak maksimal karena pasien mengonsumsi vitamin.

Interaksi dengan obat lain

Sangat mungkin bahwa ada interaksi antara vitamin yang dikonsumsi dalam pengobatan kanker. Vitamin E, misalnya, dapat meningkatkan risiko pendarahan pada pasien yang menggunakan obat pengencer darah.
Selain itu, vitamin B7 atau biotin juga dapat mengganggu pengujian logam untuk hasil lab. Terkadang biotin ini dikombinasikan dengan suplemen vitamin lainnya.

Kapan dokter akan merekomendasikan?

Di sisi lain, dalam keadaan tertentu, dokter mungkin menyarankan untuk mengonsumsi vitamin setelah kemoterapi. Beberapa contoh adalah ketika ini terjadi:

Kekurangan nutrisi

Efek samping umum dari kemoterapi termasuk mual dan kehilangan nafsu makan. Artinya, kemungkinan malnutrisi juga sangat mungkin terjadi.

Ini adalah sindrom di mana penurunan berat badan drastis, kehilangan massa otot dan kehilangan nafsu makan terjadi pada 50% pasien kanker stadium akhir. Faktanya, sindrom cachexia bertanggung jawab atas 20% kematian akibat kanker. Sayangnya, selain minyak ikan yang dapat membantu, tidak ada suplemen atau vitamin yang terbukti efektif dalam mengurangi sindrom ini.

Mencegah kanker sekunder

Singkatnya, kemungkinan kanker sekunder terjadi pada penderita kanker tetap ada. Misalnya, mengonsumsi selenium dapat mengurangi risiko terkena kanker paru-paru, usus besar, atau prostat.

Namun perlu diingat bahwa di sisi lain, kemungkinan terkena diabetes juga meningkat. Tidak ada suplemen atau vitamin yang menunjukkan hasil yang konsisten dalam hal ini.