Sebuah Strategi Cicil Beli Saham

Strategi yang umum dilakukan investor untuk menambah portofolio adalah dengan menambahnya secara bertahap. Strategi ini dilakukan biasanya dengan menyisihkan sebagian penghasilan bulanan mereka untuk di transfer ke RDN.

Strategi ini berlawanan dengan metode lain yakni lump sum. Investor melakukan lump sum dengan cara menginvestasikan modal besar sekaligus. Meskipun profit lebih maksimal dibandingkan dicicil, terdapat beberapa kekurangan. Yakni selain butuh modal besar, secara psikologis mental investor lebih mudah terganggu akibat nilai portofolionya turun sedikit saja. Mengingat penurunan sedikit saja, angka uangnya sangat besar. Metode ini kurang cocok bagi pemula meskipun memiliki modal besar.

Setelah kita transfer ke RDN dan saldo kita bertambah, pertanyaan yang muncul adalah kita belikan saham apa?

Kebanyakan investor ingin portofolio yang sempurna. Semua saham yang dibeli hijau dengan persentase profit setinggi-tingginya. Merah adalah aib. Akibatnya kita takut membeli lagi saham yang sudah hijau, karena takut averaging up atau nilai rata-rata belinya meningkat.

Kita akhirnya terlalu fokus membeli saham yang tengah merah, dengan harapan saham tersebut mengalami averaging down dan cepat pulih.

Seringkali saham yang naik tinggi bisa naik lebih tinggi lagi karena tengah mengalami tren positif. Sementara saham yang turun bisa saja turun jauh lebih dalam lagi karena tengah mengalami koreksi berkepanjangan.

Solusinya adalah dengan menyamaratakan nilai beli kita. Jadi, kita tidak hanya fokus pada saham yang minus saja, melainkan fokus membuat nilai beli tiap saham cenderung merata.

Ilustrasi dibawah bukan simulasi sesungguhnya. Saya hanya fokus pada nilai amount (nilai beli) yakni uang yang kita keluarkan untuk membeli saham tersebut.

Jadi, tiap kali kita dapat tambahan saldo di RDN. Entah dari deposit ke RDN, mendapatkan dividen, atau hasil dari take profit. Kita gunakan untuk menyeimbangkan portofolio kita.

Tidak perlu takut averaging up. Tetap beli meskipun harga saham sudah naik tinggi, asalkan di harga saat ini masih di bawah harga wajar. Ketika sudah tembus harga wajar, baru kita stop membeli dan justru mulai pertimbangkan take profit.